CERITA KU | KISAH NYATA
Home » » CERITA KU | Kisah Nyata - 3

CERITA KU | Kisah Nyata - 3

Posted by CB Blogger

Deburan ombak, suara burung camar tak lagi bisa ku dengar selama satu tahun, sekarang aku tidak tinggal lagi di tepi laut, tinggal di tepi gunung dan sungai yang dikelilingi dengan hutan lebat yang tepat berada di depan sekolah ku. Kadang ku berfikir akan kah lari gunung di kejar...?
Berdetak jantung begitu keras, bak sekeras hati ku untuk selalu bisa mencapai cita-cita ku harus naik kelas, ku pandang gunung, ku telusuri tepi sungai, rebahkan badan ku di tengah jalan saat kenderaan yang lalu lalang sepi, memandang langit yang jauh nun diatas sana sambil merasakan hangat nya aspal jalan yang ada di depan sekolah ku, serta sambil berniat ku harus bisa .......
Ayam berkokok dipagi hari, menyosong mentari yang terbit di ufuk timur. Ku menatap mentari pagi yang seakan mengintip ku di balik gunung bukit barisan yang terletak di wilayah aceh selatan. Tik berdetik jam dinding di rumah ku berbunyi suara ayam jago di kandang pun mulai rame saling bersahut-sahutan. Kami sekeluarga bersiap-siap dengan aktifitas masing-masing. Ku pun mengambil sapu untuk membersihkan halaman rumah serta memberikan makanan pada ayam-ayam peliharaan ku dan kucing kesayangan ku si belang.
Hari ini adalah hari pembagian rapor yang ku nantikan, apakah aku akan naik kelas atau tidak, ku pun menunggu ibu pulang dari sekolah sambil bermain di rumah dan membaca buku dengan judul sikancil yang cerdik. Dalam keasyikan dan tanpa kusadari ku pun terbenam kembali dalam tidur pagi ku menjelang siang. Dan tiba-tiba bunyi keributan kucing ku si belang yang bertengkar dengan kucing tetangga ku, hingga membuat ku terbangun dari tidur.
Assallammu’alaikum............. ku dengar suara ibu memasuki rumah ku pun berhamburan menyambutnya sambil bertanya gimana buk.......? apakah aku naik kelas...! sang ibu hanya diam sambil memandang ku tanpa menjawab yang semakin membuat hati ku gundah dan gelisah, lalu ibu ku berkata.. pasti donk naik... sapa dulu.... kan anak ibu.....
Dengan penuh kegembiraan ku ambil rapor dan langsung berlari menemui ayah yang sedang berada di kebun belakang rumah sambil berteriak... ayah... ayah.... ayah... aku naik kelas.... serta merta sang ayah menyambutku dengan gembira sambil berkata.. selamat ya... kalo kelas dua nanti iboy naik kelas dan dapat rangking satu akan bapak belikan tas baru. Begitu ujar ayah ku.
Senang hati tak karuan, seperti kicauan burung pagi yang saling bersahutan dan seperti mentari yang semakin tinggi yang pertanda siang akan tiba, aku pun dengan tak henti-hentinya memperhatikan nilai pada rapor ku, sambil berniat.. aku harus dapat rangking satu dikelas dua. Kakak, abibi, iboy, afni..... begitu panggilan ibu ... yuk kita makan siang dulu nih..... dengan serta merta kami menuju ruang makan siang dan menyantap menu makan siang yang telah disiapin ibu dengan lahap, karena ada makanan kesukaan ku, tauco kacang panjang, ikan teri dan cabe ijo.
Setelah makan siang, aku dan sekeluarga melaksanakan sholat zhuhur dan istirahat siang sejenak, ditemani angin siang yang sepoi-sepoi, suara ayam yang sedang mencari makan, dan suara bus yang lalu lalang dijalan raya depan rumah ku. Aku pun terbaring sambil menerawang langit-langit kamar sambil berkata dalam hati “suatu saat nanti aku pasti akan membahagiakan ayah dan ibu”.
Jam dinding rumah ku berbunyi, jarum jam telah menunjukkan jam 3 sore, akupun terbangun dan langsung cuci muka serta pamitan ma ibu untuk bermain bersama teman-teman ku. Kami pun berkumpul seperti biasanya yaitu ada ikhsan, irhas, faisal fitri, musa, dedi, itulah teman bermainku setiap hari nya. kami pun hari itu bermain tentang cerita pendekar wirosableng 212. Tanpa mengenal lelah kami bertarung bercerita serta tertawa gembira tanpa henti di perkarangan sekolah kami, sampai tiba-tiba ibu memanggil ku, untuk pulang karena waktu sudah petang. Aku pun pamitan dan pulang kerumah untuk siap-siap berangkat kepengajian yang terletak tidak jauh dari rumah ku.
Matahari kembali terbenam di ufuk barat dan muncul rembulan di ufuk timur untuk bergantian dengan sang mentari yang telah seharian menerangi bumi, kini rembulan yang akan menerangi malam, aku bersama kakak ku menuju ketempat pengajian, Tgk. Sulaiman namanya guru pengajian kami, dan biasa kami panggil dengan Tgk. Leman. Kami pun larut dalam pengajian masing-masing dengan di temani lampu teplok, dikarenakan masa itu pada tahun 1990 belum ada listrik daerah tempat aku tinggal.
Suara kodok malam mulai bernyanyi, burung punguk pun bersuara seakan amat sangat merindukan bulan. Sepulang dari pengajian kami pun melanjutkan aktifitas yaitu belajar untuk persiapan sekolah besok, dan larut dalam kesibukan masing-masing. Aku pun ikut mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh bu siti guru kelas dua yaitu perhitungan matematika. Tanpa kusadari aku pun tertidur diatas meja belajar ku, hingga ibu pun membangunkan agar pindah kekamar. Dan malam pun berlalu seiring dengan angan-angan mendapatkan mimpi indah malam ini.
Keesokan harinya, mentari kembali terbit di balik gunung dan aku pun sibuk bersiap-siap untuk berangkat kesekolah, ayah dan ibu ku lihat sedang membuat jajanan anak-anak yang akan dijual di depan rumah ku. Aku pamitan ma ayah dan ibu langsung berlari kekelas ku yang dekat dengan rumah ku, tanpa kusadari sarapan pagi belum kusantap. Sangking semangat nya. Setiba di kelas ku lihat seorang anak perempuan yang berambut panjang, berkulit putih berwajah bulat dengan bola mata yang indah, dengan senyuman manis nya menyambutku dipagi itu. Bermula lah ku berniat ingin akrab dengan nya.
Cinta monyet itulah yang pantas disebut untuk seorang anak yang berusia 5 tahun seperti ku, jantung pun berdebar-debar ingin bicara tetapi bibir engan untuk mengeluarkan apa yang ingin ku bicarakan, hingga aku dikejutkan oleh teman ku yang bernama mukhlis seorang anak yang hitam kurus kerempeng sok pintar itu yang selalu ada dalam benak ku bila ingat diri nya. Woiii...... begitu katanya, aku pun terkejut. Pu ka nyan (apa itu)......... aku pun bingung apa yang di bicarakannya, tanpa menunggu aku pun balik bertanya.. apo tuh yang awak kecek(apa yang kamu bicarakan)....... dia pun tertawa.... ehaaiii.. lage koen awak aceh kah (alahai.. kayak bukan orang aceh aja kamu)... ka yah keuh jawa bek sampo droe-droe teuh jawa(sudah bapak kamu jawa jangan sampai kamu pun jawa).. gitu katanya.. kata-kata itu selalu ku ingat sampai saat kisah ini ku tuliskan.
Aku hanya terdiam tanpa berkomentar, aku takut karena badan kecil sedangkan si mukhlis itu tinggi walaupun kurus. Dan bu aisyah pun masuk kelas dengan memberi mata pelajaran seni. Wah ini pelajaran yang aku kurang suka, karena disuruh nyanyi satu-satu kedepan kelas. Hingga satu persatu di suruh maju untuk menyanyikan lagu kebangsaan dan lagu nasional yang kami tau. Saat tiba giliran ku. Aku pun maju dan bernyanyi dengan judul naik kereta api. Temen-temen pun tertawa, itu bukan lagu nasional, tetapi bu guru menyuruhku untuk melanjutkannya. Dan sekelas pun hinggar binggar ikut menyanyikan lagu naik kereta api. Bukan hanyalan dan juga impian serta omong belaka, saat itu hati ku sangat senang karena perempuan yang tadi pagi pertama ku jumpa didalam kelas juga ikut bernyanyi bersama ku. Bermula asal dari apa yang dipandang yang akhirnya kacau berantakan, itu mungkin yang cocok dijuluki buat ku. Tanpa wanita dunia rasanya kurang indah, kelewatan wanita dunia akan hancur berantakan, begitulah yang kubaca dalam sebuah buku, tapi cinta itu indah bak seindah taman bunga yang wangi semerbak. Itu lah yang ada dalam benak ku. Hingga saat jam istirahat, aku berusaha mendekati nya, tetapi teman ku ridwan adek nya mukhlis mengajakku untuk keluar kelas, hingga tak dapat ku elakkan, hanya pandangan mata yang bisa ku arah kan kepada wanita cantik yang duduk disebelah meja belajarku.

LANJUT YA BLOGGER, BACA KISAH KU - IV



0 comments:

Post a Comment

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA.... Jangan Lupa like, Share dan Komentar nya ya......

Mari Selamatkan Bumi dengan Menjaga Lingkungan

Followers

Powered by Blogger.